Selasa, 05 Agustus 2008

Aku berfilsafat

B. Aku ber-filsafat

“Ini bukan tugas filsafatku dan filsafat adalah bukan bebanku”. Entah siapa yang salah, kenapa mata kuliyah yang aku senangi hasilnya sangat melukai dan menikam jiwa. psikologi kenapa aku bisa mendapkan nilai C, padahal pengetahuanku secara umum jauh lebih baik dari pada teman-teman yang lain. aku sangat rajin belajar, bukan hanya rajin belajar melainkan ilmu pengetahuan sudah menjadi teman hidupku. Aku ingin mengetahui dunia yang belum aku ketahui, rasa ingin tahuku jauh melebihi teman-teman yang lain.

Disaat temanku sedang asik bermain PS aku sedang membaca. Pikiranku keluar entah kemana. Aku bersama masuk dan memahami apa itu otak sadar dan apa itu otak bawah sadar. Disaat teman-temanku sedang ngobrol aku sedang berimajinasi dengan puisi-puisi yang menurutku sangat puas aku rasakan dan kata orang sangat jelek hasil nilainya. Tetapi kenapa tuhan rasa adilmu tidak jua datang. Nilaiku runtuh semua, tidak ada A-nya.

Hanya aku sajalah nilainya yang paling buruk. semua temanku banyak nilainya yang bagus-bagus, gondok sekali hati ini. aku salah cara belajarnya, salah semua. Aku hanya lebih mementingkan kemauanku sendiri tanpa menaati rambu-rambu lalu lintas dan yang paling salah adalah ketika awal perkuliyahan aku tidak masuk karena aku ikut main voly membela UIN Jakarta melawan TRISAKTI di BINUS. Ketidak hadiranku di perkuliyahan pertama psikologi pendidikan banyak membawa petaka. Aku baru tahu kalau awal perkuliyahan itu sangat penting dan tidak ternilai harganya. Pikiranku salah, salah sekali. aku berpendapat perkuliyahan pertama itu adalah hal yang sangat acuh artinya belum belajar dan paling-paling di kelas hanya perkenalan saja. Ternyata aku salah bukan kepalang awal kuliyah itu menentukan segalanya. Baru sekarang ini aku rasakan semuanya, aku tidak tahu cara membuat blok dan tidak begitu peduli dengan membuat blok. Sampai sekarang aku tidak tahu harus dengan apa fotoku ini dapat aku masukan kedalam blok. Sekarang aku lagi pusing entah apa yang aku lakukan, menulis kata-kata ini sudah kacau sekali. pikiran dan bebanku banyak. aku adalah orang yang tak mau banyak bekerja keras hanya pengeluhan yang aku hadapi. Sekarang ini aku harus mengerjakan program pengajaranku di SLTP tetapi aku tidak tahu cara membuatnya. Sepertinya ini adalah satu persoalan yang sama dengan membuat blok.

Tulisanku ini kacau dan tidak terarah. Apa yang akan aku tulis sekarang. Padahal banyak kerjaan yang harus aku lakukan tetapi aku tidak tahu cara mengerjakannya. Besok sudah harus dikumpulkan program pengajaranku, mengajar bahasa indonesia. melihat saja sudah pusing dan takut salah mengisinya juga membuat blok ketika itu.

walau perkuliyahan pertama tidak masuk dan tidak tahu cara membuat blok. Ku usahakan semaksimal mungkin untuk dapat mengerjakannya. Tetapi tuhan hasilnnya tidak memuaskan. Dua kali aku datang ke warnet tetapi penjaganya tidak mau mengajarkanku, dia tidak mau tau apa yang aku lakukan. Penjaganya hanya mengarahkan dengan sangat tidak jelas. aku tidak bisa mengucapkan dengan kata-kata usaha yang sudah aku lakukan.

USAHAKU

1. meminta pertolongan kaka kelas

namanya ka sariful semester 4. dia pandai sekali membuat blok. Kayaknya dia sudah jauh melintang di dunia internetan, aku sangat percaya kepadanya. Hari itu bersamaan dengan seminar di auditorium utama membahas HIV dan kondom. Sesudah seminar ku temui kaka kelas tersebut di depan tarbiyah. Langsung aku menuju warnet. Aku duduk di disampingnya, kami bertiga. Sariful ditengah dan rowi dipinggir satu lagi. tak lama ia membuka dan melihat bloknya sendiri kemudian ia membuakan blok baru untukku. Semua berjalan lancar. Satu persatu kami selesaikan dengan baik, tetapi saya salah. Saya tidak ingat dengan nama blok sendiri kira saya ka sariful ingat bloknya. Yang ada hari berikutnya ia lupa dan aku juga lupa.

2. meminta bantuan intan teman sekelas

sore itu dia menelponku dan menanyakan nomer alamat imel dan blok. Aku bingung karena lupa blok kemarin, yang sudah saya buat. Ia menanyakan kepadaku untuk di kirim ke pak darsana. Ku bilang kepadannya bahwa aku lupa dengan alamat imel saya karena tidak saya hapal dan tulis ketika membuatnya. Dia memahami apa yang aku rasakan sekarang. Dan akhirnnya dia mau menolongku membuatkan blok baru. Malang bagiku, blok yang ia buat untukku tidak bisa di buka ,entah ada kesalahan apa. Dan yang paling menyedihkan ketahuannya ketika saya membukannya di LAB computer bersama pak darsana, dosen psikologi.

hari sabtu itu jam 9.20 kami masuk di LAB computer lantai dua. Disana sudah ada pak darsana baru usai mengajar membuat blok lebih dalam kepada semester 4. kami masuk dan saya menempatkan posisi di tengah dengan harap dekat dengan intan orang yang sudah membuatkan blok baruku. Aku sudah tahu nama blok dan imelnya karena kemarin ia sudah menuliskan blok dan imel yang ia buat untukku. Sayang di LAB itu aku tidak bisa membukanya, temanku hanya kertas bodoh yang bertuliskan “ idrisafandi-uinbi”. Sudah kumasukan kata itu tetapi tidak mau kebuka-buka. Kutanya intan ia sedang sibuk-sibuknya mengurus kerjaan pak darsana. Tak seorang pun yang peduli denganku ketika itu, mereka selalu mementingkan egonya sendiri. Orang lain selalu di nomer dua kan. Akhirnnya aku ketahuan pak darsana, aku di sangka tidak membuat blok. keluarlah kata yang lembut namun menyakitkan dan menyinggung perasaan. Raut mukanya dan mimik mulutnya terekam jelas tak pernah terlupa. aku di marahi dengan gaya perbandingan, ia membanding-bandingkan sesuatu dengan keadaanku sekarang yang disangka aku tidak mengerjakan blok. akhrinya aku dipindah ke belakang dan disuruh membuat blok baru. Hanya aku sendiri yang merasakan, teman-teman lain tidak mau tahu apa yang aku rasakan. Meraka sama-sama mementingkan egonya. Tidak mau berpikir dan berhati kepada orang lain. hanya akulah sendiri yang tidak mempunyai blok ketika itu. kini aku sadari hanya akulah yang dapat menolong aku. Aku tidak percaya dengan orang lain. sekarang mereka sudah bangga dengan nilai yang sudah meraka capai. itulah manusia punya ego tinggi, selalu mementingkan dirinya sendiri. Maka benarlah teory Sigmund freud ( nyata )

3. diri sendiri

akhirnya hanya diri sendiri yang menolongku. kini aku sudah tidak percaya lagi dengan orang lain. mereka selalu mementingkan diri mereka mungkin aku juga sama kalau menjadi mereka. Aku lebih mementingkan diri sendiri, agar mendapatkan nilai yang baik. Tak peduli dengan orang yang parah, blok yang tidak ia buat sama sekali.

Tidak ada komentar: